Kamis, 05 Juli 2012

Dari sebuah novel ; Sahabat yang Pernah Ada

Aku berjalan sendiri menelusuri liku hidup ini. kejamnya dunia yang tak pernah ada ampun untuk orang sepertiku. Mungkin ini memang salahku pada-Nya. Namun akankah selalu seperti ini hidup yang akan aku lalui? Akankah ada akhir dari semua penderitaan yang aku alami? Akankah bahagia itu tak tercipta untukku? Lalu, bagaimana makhluk yang lemah sepertiku ini harus pergi?
Aku bagaikan tak ada guna hidup sebagai manusia. Yang hanya tertindas dimana pun aku berada. Aku ingin tidak hanya tercipta sebagai kerikil kecil yang selalu terinjak dimana pun aku tinggal. Aku ingin terbang mencari kebahagiaan sampai bintang sana. Namun apakah itu mungkin untukku?
Tuhan...
Kembalikanlah hidupku yang dulu. Hidupku yang pernah aku jalani bersamanya. Kembalikanlah dia ke dalam pelukku. Aku ingin memeluknya seperti waktu itu. Saat dia merasa dingin... saat dia merasa takut... bahkan saat dia sedang bersedih. Aku ingin menghapus air matanya saat dia sedang menangis. Aku ingin menjadi seorang yang penting dalam hidupnya. Aku ingin dia perhatikan seperti dulu. Saat kami masih bersama.
Tuhan...
Dimanakah dia yang dulu? Dia sahabat kecilku. Tempat dimana aku mengadu. Aku rindu pada nasehat-nasehatnya yang sama sekali tidak masuk akal. Namun itu dapat membuatku tersenyum kembali. Aku rindu pada tawanya yang tidak pantas lagi di sebut sebagai tawa seorang perempuan. Namun hal itu yang selalu menghiburku. Aku rindu pada sinar matanya yang selalu mengatakan apa kata hatinya walau dia tak mengatakannya padaku.
Tuhan...
Apakah dia masih ada? Apakah dia masih tetap seperti dulu? Apakah dia masih mengingatku? Apakah dia masih mengingat masa-masa indah itu? Apakah dia masih menungguku? Apakah dia masih mau memberiku nasehat-nasehatnya itu? Apakah dia masih tertawa seperti dulu? Apakah dia masih memiliki sinar mata yang seperti dulu? Apakah dia masih sudi bersanding denganku? Apakah dia masih mau menganggapku sebagai sahabatnya?
Tuhan...
Aku takit kehilangannya. Aku takut semua terlambat. Aku takut tak bisa melihatnya kembali. Aku takut tak bisa melihat senyumnya lagi. Aku takut tak bisa mendengan suaranya lagi. Aku takut tak bisa menggenggam tangannya lagi. Aku takut tak bisa memeluknya lagi. Aku takut tak ada waktu untukku mengucap kata ‘maaf’
Tuhan...
Smapaikan sayangku padanya. Sampaikan padanya jika aku menyayanginya. Tolong jaga dia saat dia tak bisa menjaga dirinya sendiri. Berikan mimpi indah di setiap tidurnya. Berikan kemudahan untuknya mencapai apa yang dia mau. Berikanlah kebahagiaan dia di setiap hembusan nafasnya. Dan tuntunlah dia di setiap langkahnya
Untuk sahabatku
                                                                                                AdHELiaLaTiefAH

Kamis, 28 Juni 2012

Ku teriris mendengar kisahnya (Kisah Nyata Perjuangan Seorang Ibu)

Ku teriris mendengar kisahnya (Kisah Nyata Perjuangan Seorang Ibu)
“Aku dilahirkan dari rahim seorang ibu untuk menjadi Ibu. Yang harus menjaga dan mendidik anak-anakku, mengurus rumah tanggaku, dan menurut dengan suamiku. Anak-anakku yang masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang sebernarnya ibu mereka rasakan, rumah tanggaku yang terlanjur hancur dan suamiku yang sudah tak lagi peduli denganku,”
Saat itu aku putuskan untuk menikah dengan seprang lelaki yang sangat aku cintai. Lelaki yang selalu sempurna di mataku. Lelaki yang selalu mengucap kata-kata manisnya kepadaku. Dan lelaki yang pertama dan untuk yang terakhir kalinya mengucap janji suci untuk menjagaku dan juga rumah tangga ini. masih terdengar jelas janji itu di telingaku. Sampai rumah tangga ini mempunyai keturunan seorang anak laki-laki.
Hingga kejadian itu terjadi. Gempa besar yang melanda daerahku. Yang membuat aku tak dapat berjalan dengan normal. Beberapa bulan setelah itu, aku merasa ada yang aneh dari suamiku. Dia lebih suka pergi dari pada menemaniku dan anakku. Apa lagi dengan kondisiku yang masih trauma karena bencana itu dan juga aku yang sedang mengandung buah hati kami yang ke dua. Namun aku tak berani bertanya padanya. Karena aku tak ingin bertengkar dengan suamiku. Aku hanya dapat bercerita apa yang aku rasakan pada Allah. Dan aku juga tak punya pilihan lain karena aku masih mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anakku.
Saat yang sangat aku tunggu-tunggu telah tiba. Buah hatiku lahir dengan selamat. Aku berharap dengan kehadirannya, suamiku dapat kembali seperti dahulu. Namun kenyataan pahit yang aku alami. Dia dengan ringan hati mengatakan kepada orang tuaku jika dia ingin buah hatinya diasuh oleh orang tuaku. Hatiku hancur. Sangatlah hancur. Namun aku menahannya. Karena sekali lagi aku masih teringat pada buah hatiku.
Ku pendam semuanya bertahun-tahun. Tak ku ceritakan pada seorang pun tentang masalahku dengan suamiku. Aku bertanya-tanya. Apa salahku padanya? Mengapa dia begitu tidak senang terhadapku? Aku selalu memohon pada Allah agar aku tetap di beri kekuatan. Bahkan aku pernah berniat untuk mengakhiri hidupku. Namun aku mendengan suara tangisan buah hatiku yang tak berdosa itu.
Ku mencoba tetap sabar. Namun suatu ketika aku mendapat masalah baru. Saat suamiku pergi menjalankan tugasnya menjadi seorang ABRI. Aku kerepotan dengan kedua anakku yang masih kecil. Aku datang ke tempat mertuaku. Aku meminta baik-baik agar mertuaku mau menjaga anakku. Hanya sebentar saja karena aku ingin membersihkan tubuhku. Namun apa? Caci makian yang aku dapatkan. Ya sudahlah, aku terpaksa tidak mansi seharian karena tidak ada yang mau menjaga anakku.
Siang malam aku menangis. Rumah tanggaku sudah benar-benar hancur. Tak ada harapan lagi. Aku terus mencoba bersabar. Hingga anakku yang terakhir sudah berumur satu tahun. Malam itu saat aku sedang bersama anak-anakku, suamiku pulang. Aku menyambutnya dengan hati senang. Tapi. . . ada seorang wanita yang diajaknya pulang.
Ya Tuhan...
Cobaan apa lagi ini? Semalaman aku tidak dapat tidur. Hanya tangisan yang semakin lama semakin sesak dalam dada. Di depan cermin aku duduk. Ku lihat wajahku. Apa aku ini tidak cantik lagi bagi suamiku? Ku lihat mata ini sudah mulai membengkak. Aku memang sudah tidak secantik dulu. Ku lihat anak-anakku tidur pulas. Ku mulai mengecup keningnya.
“Maafkan Ibu, Ibu tidak bisa menjadi Ibu yang baik untuk kalian,”
Hari berganti. Ku mulai mencoba melupakan kejadian-kejadian itu. Walau itu sangat berat. Tak hanya satu kali suamiku membawa wanita lain pulang ke rumah. Untukku itu sudah biasa. Namun bagaimana dengan anak-anakku? Aku takut jika mereka tau apa yang sebenarnya terjadi pada orang tua mereka.
Aku mencoba mencari uang-uangku yang masih tersisa. Bukan hal yang baru bagiku jika tidak ada uang simpanan. Karena suamiku dan mertuaku hanya memberiku uang yang pas untuk biaya anak-anakku dan kehidupan sehari-hari. Bahkan aku pernah tidak memegang uang seperakpun. Padahal apa yang di katakan orang di luar sana selalu tinggi. Mereka selalu bilang jika aku dan kedua anankku hidup dengan serba kecukupan. Namun omongan itu tidak membuat aku ingin menuntut banyak dengan suamiku. Aku hanya ingin satu. Jika dia ingin membawa wanita lain, jangan saat ada anak-anak. Jangan sampai anak-anak tau apa yang sedang terjadi pada ayahnya. Aku terima apa yang ingin dia lakukan. Karena aku masih percaya Allah tak akan memberi cobaan kepada umatnya jika umatnya itu tidak mampu melewatinya. Aku percaya suatu saat Allah akan memberi semua jalan yang terbaik. Termasuk aku, suamiku dan anak-anakku.
Allah tidak pernah tidur.
Untuk anak-anakku, jangan pernah kalian sekali-kali nakal ya, Nak. Apa lagi sama ayah.
Dan buat suamiku, terima kasih mas sudah menjaga ku, menyayangiku, dan mencintaiku walau itu hanya sebentar. Jika memang aku hanya sampah untukmu, aku akan keluar dari rumahmu. Namun kasih aku kesempatan mas, sampai aku sudah bisa mencari uang sendiri. Terima kasih

Kamis, 24 Mei 2012

air mata kebahagiaan

Malam paling panjang dalam hidupku. Tidur ditemani oleh air mata. Tak ada celah sedikitpun untuk sekedar melupakan mimpi terburuk itu.
Tuhan,
Aku ingin terbangun dari mimpi yang memenjarakanku dalam kegelapan itu
Ku coba menutup mata ini walau hanya sekejab. Dan ku buka kembali dengan harapan tak ada lagi hal yang menyakitkan. Namun yang ku lihat hanya kenyataan pahit yang hanya dapat ku lalui seorang diri
Tiada teman,
Tiada sahabat,
Sepi. . . . . . .
Tak ada cahaya sedikitpun yang mampu mengeluarkan ku dari semua ini. Akankah ini akhir dari segalanya?
Tuhan apakah takdir pahit ini yang telah Engkau rencanakan untuk hidupku?
Adakah takdir manis yang tlang Engkau tuliskan untukku?
Akankah selamanya ku rasakan sepi tanpa seorang pun mengerti?
Sampai kapan Tuhan Engkau menghukumku dengan dunia yang sempit ini?
Aku ingin merasakan hidup seperti mereka. Canda tawa selalu menghiasi bibir mereka. Tak ada air mata yang terjatuh lagi. Tak ada dunia kelam seperti  apa yang aku alami. Apakah ini yang dinamakan dengan keadilan?
Tuhan aku ingin bukti dari janji-janju-Mu dalam kitab-Mu. Aku ingin keadilan-Mu. Keadilan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan juga akhirat. Namun sampai saat ini, mengapa kebahagiaan itu hanya datang untuk membawaku terbang ke langit-Mu dan menjatuhkan ku kembali ke bumi-Mu?
Tuhan, mata ini telah perih untuk menatap masa depan yang tak tau bagaimana. Aku serahjkan semua hidup dan matiku pada tangan-Mu. Kepercayaan yang terbaik pasti Engkau berikan untukku tak akn pernah luntur. Mungkin air mata ini adalah awal dari rencana-Mu.

air mata kebahagiaan

Malam paling panjang dalam hidupku. Tidur ditemani oleh air mata. Tak ada celah sedikitpun untuk sekedar melupakan mimpi terburuk itu.
Tuhan,
Aku ingin terbangun dari mimpi yang memenjarakanku dalam kegelapan itu
Ku coba menutup mata ini walau hanya sekejab. Dan ku buka kembali dengan harapan tak ada lagi hal yang menyakitkan. Namun yang ku lihat hanya kenyataan pahit yang hanya dapat ku lalui seorang diri
Tiada teman,
Tiada sahabat,
Sepi. . . . . . .
Tak ada cahaya sedikitpun yang mampu mengeluarkan ku dari semua ini. Akankah ini akhir dari segalanya?
Tuhan apakah takdir pahit ini yang telah Engkau rencanakan untuk hidupku?
Adakah takdir manis yang tlang Engkau tuliskan untukku?
Akankah selamanya ku rasakan sepi tanpa seorang pun mengerti?
Sampai kapan Tuhan Engkau menghukumku dengan dunia yang sempit ini?
Aku ingin merasakan hidup seperti mereka. Canda tawa selalu menghiasi bibir mereka. Tak ada air mata yang terjatuh lagi. Tak ada dunia kelam seperti  apa yang aku alami. Apakah ini yang dinamakan dengan keadilan?
Tuhan aku ingin bukti dari janji-janju-Mu dalam kitab-Mu. Aku ingin keadilan-Mu. Keadilan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan juga akhirat. Namun sampai saat ini, mengapa kebahagiaan itu hanya datang untuk membawaku terbang ke langit-Mu dan menjatuhkan ku kembali ke bumi-Mu?
Tuhan, mata ini telah perih untuk menatap masa depan yang tak tau bagaimana. Aku serahjkan semua hidup dan matiku pada tangan-Mu. Kepercayaan yang terbaik pasti Engkau berikan untukku tak akn pernah luntur. Mungkin air mata ini adalah awal dari rencana-Mu.

Selasa, 22 Mei 2012

still

Seharusnya seorang kakak dapat menjaga adiknya,

saat orang tuanya pergi kerja.

Seharusnya seorang kakak dapat membahagiakan adiknya,

saat dia sedang bersedih.

Bukannya membiarkannya sakit,

Bukannya membiarkannya meneteskan air mata kesedihan,

Bukannya meninggalkannya,

Bukannya mendiamkannya,

.

Tangisan mengiringi pergimu,

Ingin banget aku ucapin kata ‘jangan pergi, aku butuh kamu’,

Tapi kenapa lidah ini kaku,

Kata itu seakan nggak mau keluar,

Hanya terdengar isak tangisan yang mengisi ruangan sepi itu,

Aku pejamkan mataku sejenak,

Dan berharap,

‘kamu akan hadir di sisiku kembali’

Suaramu terdengar jelas,

‘apa kamu marah’

Aku hanya bisa diem,

Ingin rasanya aku tatap wajahmu untuk obat kangen hati ini,

Tapi,

Aku nggak sanggup,

Aku tertunduk dan kembali memejamkan mata,

Saat ku buka mata bukan kamu yang disisiku lagi,

Kamu melangkah pergi,

‘maaf ku rusak hubunganmu dengannya’

Hanya kata itu yang sanggup ku ucap,

Kembali air mataku keluar,

Dan rasa sesak yang menyelimuti hati ini,

Sakiiiiiiit,,,

Periiiiiih,,,

‘jangan pernah kau coba untuk berubah'

Tuhan, Dia Lelaki yang Sangat Baik

Tuhan, Dia Lelaki yang Sangat Baik
Tuhan,
Dia adalah lelaki yang sangat baik. Yang selalu dapat menghiburku. Dia membuatku slalu tersenyum. Bahkan tertawa.
Tuhan,
Andai dia tahu. Betapa aku menyayanginya. Andai dia mempunyai perasaan yang sama dengan hatiku.
Tuhan,
Saat ini yang aku rasakan, apakah hanya mimpi belaka yang kembali datang? Namun mengapa dia masih ingat saat aku memujinya padahal itu sudah lama? Mengapa dia harus mengatakan pada temannya? Mengapa dia mau bersalaman denganku saat aku sedang marah padanya? Dan mengapa dia bertanya kepadaku tentang janjiku untuk mengajaknya photo bersama?
Tuhan,
Tolong katakan padanya saat dia sedang bermimpi indah. Aku menyayanginya.
Tuhan,
Tolong jaga dia saat dia sedang tidak dapat menjaga dianya sendiri. Selamatkanlah dia
Dan, Tuhan
Tolong sampaikan rasa ini padanya. Dan simpanlah jika dia tak mau menerimanya.

Kamis, 17 Mei 2012

CINTA SEBATANG COKLAT


CINTA SEBATANG COKLAT

Waktu itu aku terakhir bisa sama dia dalam status ‘pacaran’. Hubungan kita kurang lebih cuma 3 bulan.
Kenapa? Pertama, aku baru sadar kalo dia mencintai orang lain. kedua, aku nggak mau dikatain egois karna dia pasti lebih bisa bahagia bersama orang lain. Dan yang ketiga, aku yakin Tuhan udah nyiapin rencana lain.
        Hari-hari berlalu. Aku rasa semua . . . . . . ya, biasa saja. Nggak ada yang berubah. Toh waktu pacaran dulu, dia sama sekali nggak pernah perhatian sama aku. #Pernah sih , tapi Cuma bentar doang. Dan waktu hubungan kita Cuma sahabat, malah lebih bisa deket. Karna apa? Karna kita satu kelas dan juga banyak ngobrol tanpa ada rasa malu-malu kaya dulu. #asyik deh
        Setelah beberapa bulan dari itu, aku udah bisa nglupain masa-masa menyakitkan itu. Walau kadang sering inget tapi nggk bisa buat air mataku jatuh.
Tapi entah kenapa hal yang satu ini nggak bisa aku sembunyiin banget.
Dulu aku punya pacar. Dia bukan orang yang sedari tadi aku ceritakan. Melainkan pacar pertamaku. Dulu kita jadian waktu status dia masih punya pacar. Tapi akhirnya dia putusin pacarnya demi aku. Aku juga nggak tau kalo mereka belum putus. So, salah siapa dong?
Hungungan kita ya bisa dibilang langgenglah. Soalnya aku juga nggak banyak nuntut dia harus gini gitu.
Pada suatu hari hubungan kita nggak semulus biasanya. Entah kenapa jadi putus. Tapi kita sama-sama nggak bisa bohongin perasaan masing-masing. Dan kita balikan.
Setelah beberapa bulan setelah itu hubungan kita kandas ditengah jalan karna kakak sepupuku. Entah mengapa dia sangat tidak suka aku pacaran. Padahal pacarku juga nggak punya salah apa-apa kok. Ya, daripada dibilang durhaka aku putus deh sama dia. Dan itu adalah untuk yang pertama kalinya aku nangis sulit berhenti. Air mataku kluar terus.
Tapi kata Bondan, Ya Sudahlah. Aku brusaa untuk tegar. Dan hubunganku sama dia juga jadi baik-baik aja. Dia sering bawain aku coklat. Banyak banget. Dan tau nggak? Waktunya itu bener-bener pas. Pas waktu aku baru butuh banget coklat buat ngilangin stresku. Karna aku sering denger coklat itu baik buat ngilangin stres. Temennya coklat ya Ice Cream. Tapi aku lebih suka coklat dari pada ice cream. Karna apa? Coklat itu lebih sehat, #kayaknya.
Dan entah kenapa kalo ada pembagian kelompok sering banget aku satu kelompok sama dia. Sayangnya rasa cinta yang dulu kita miliki kayaknya udah hilang. Sejak....... adik kelasku ada yang suka dia. Dan kayaknya dia juga suka!!! Slain itu kayaknya itu hal terbaik yang harus dia lakukan. Dengan itu dia pasti bisa lupain cintanya ke aku dan bisa bahagia. Aku dukung dia kalo dia mau cinta sama adik kelasku itu. Soalnya banyak orang bilang wajahku mirip banget sama adik kelasku itu. Begitupun dia. Dia juga sering mengatakannya.
Sepertinya waktu cepat berlalu. Tapi hobiku buat makan coklat nggak pernah berlalu. Aku slalu beli coklat kalo dia nggak ngasih ke aku. Tapi.... Ya, Alhamdulillah dia nggak lupa waktu aku butuh coklat. Dan dia juga slalu tau apa yang baru aku butuhin. Ntah apa yang buat dia jadi slalu tau aku baru sedih, stres, butuh hiburan. Katanya sih Cuma feeling.
Tapi aku rasa semua ada yang beda. Dia nggak lagi tau kalo aku baru sedih. Dia nggak pernah ngrasa kalo aku baru butuh hiburan. Ntah apa yang membuatnya berubah. Apakah dia sudah benar-benar melupakanku? Aku jadi ingat tentang cincin itu. Cincin yang terikat di jarinya. Sepertinya aku pernah melihatnya. Nggak lain dan nggak bukan itu mirip dengan cincin yang aku lihat di jarinya adik kelasku. #OhMyGod,
Dan sepertinya itu semua benar. Saat aku masuk kelas. Hari itu rasanya nggak ada semngat sedikitpun. Dan apa yang aku lihat? Temanku bilang makasih sama dia karna dia udah ngasih coklat. Rasanya aku seperti jatuh ke dalam juram yang sangat dalam. #what? Dia ngasih coklat ke orang lain? lha aku mana? Aku tunggu tunggu tunggu tunggu dan tunggu. Tapi yang aku lihat coklat itu jatuh ketangan adik kelasku. Hampir air mataku keluar. Tapi aku sadar itu bukan saatnya aku menangis. Aku harus tetap tersenyum. Karna aku sendiri yang dulu menyuruhnya melupakanku. Dan jika aku menyuruhnya kembali, aku tak akan mendapatkannya. Karna itu sudah keputusannya.
Ternyata kini sebatang coklat sudah mencair terkena matahari. Dan tak ada lagi rasa manis yang selalu menghiasinya.
Bagaimana cara matahari membuat coklat itu padat kembali?
Bagaimana cara membuatnya manis kembali sedangkan coklat itu sudah terserap oleh bumi?